JAM

Senin, 09 Juli 2012

MAKALAH JURNAL EKONOMI

BAB I
PENDAHULUAN
Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya  suku bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal itu tidak terjadi yang antara lain oleh  faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik dan sebagainya. Sementara dari faktor non ekonomi seperti masalah hukum (ketidak pastian hukum), masalah politik (meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu 2009), masalah sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari pengangguran yang tinggi).
Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya  suku bunga, rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam pengertian yang relatif, mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal itu tidak terjadi yang antara lain oleh  faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik dan sebagainya. Sementara dari faktor non ekonomi seperti masalah hukum (ketidak pastian hukum), masalah politik (meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu 2009), masalah sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari pengangguran yang tinggi).
Masalah transportasi/jalan raya/jembatan yang jelek berakibat pada turunnya tingkat efisiensi perusahaan. Waktu angkutan barang baik bahan baku maupun barang jadi menjadi semakin panjang. Biaya penyusutan moda angkutan juga semakin tinggi. Akibatnya biaya angkut menjadi naik. Hal lainnya adalah distribusi barang menjadi tak merata, yang akhirnya akan mengundang kenaikan harga barang pada daerah daerah tertentu, yang menciptakan kondisi perekonomian terganggu. Hal yang sama menyangkut pada masalah energi listrik yang sudah menjadi masalah nasional. Listrik sudah menjadi barang langka di Indonesia. Bukan saja pasokannya terbatas tetapi harganya juga mahal. Mesin pembangkit listrik yang sudah tua dan tidak efisien membikin pasokan terbatas dan biaya pemeliharaan mesin menjadi tinggi.
Indonesia lupa untuk memodernkan sektor ini (listrik) walau diketahui, permintaan terus bertambah baik karena perkembangan perekonomian, peningkatan kualitas hidup manusia maupun adanya pertambahan penduduk. Jangan berbicara mengenai pembangunan ekonomi jika tidak ada pasokan listrik. Demikian juga jangan berbicara masalah kesejahteraan jika pasokan listrik terbatas. Bagi masyarakat perkotaan dan sebagian besar masyarakat perdesaan listrik sudah merupakan kebutuhan pokok. Keadaan ini akan semakin kuat lagi jika bangsa ini berhasil menjadi masyarakat maju.
Faktor non ekonomi memberikan andil yang besar mengapa kondisi ekonomi makro yang stabil tidak juga mendorong sektor riil. Kita bertanya apa sebenarnya investasi itu. Investasi adalah dana yang ditanamkan dalam perusahaan yang dapat menambah peralatan modal atau peralatan sektor produktif sehingga dapat mendorong kemampuan berproduksi. Inilah yang disebut dengan real investment. Apa yang terjadi saat ini adalah financal investment, yang pada dasarnya tidak menambah peralatan produksi tapi hanya memperbesar arus uang saja. Terjadi pertukaran uang dengan uang tidak pertukaran uang dengan barang. Di sini tidak ada penambahan produksi.  Hal ini disukai oleh investor (financial investor) karena setiap saat ia dengan mudah dapat menarik kembali dananya jika suatu waktu keadaan ekonomi gawat. Ini berbeda dengan real investment dimana dananya sudah berubah menjadi peralatan produksi, yang tidak bisa ditarik kembali walau keadaan ekonomi gawat. Oleh sebab itu bagi investor yang melakukan real investment ia harus mempelajari betul waktu yang tepat untuk melakukan investasi.
Berdasarkan pengertian di atas siapa yang mau menanamkan modalnya ( real investment) dalam suatu situasi yang tidak menjamin atas keselamatan investasi tersebut. Kita tidak menampik, persoalan politik saat ini tidak pernah mereda walau tidak menciptakan situasi gawat. Masalah jaminan terhadap keselamatan investasi juga tidak pernah dibicarakan.. Ini semua menciptakan keraguan bagi calon investor. Yang menonjol antara lain adalah masalah birokrasi, tanah dan perburuhan. Walau sengketa mengenai masalah pertanahan sering dimenangkan oleh pihak investor tapi semuanya itu dicapai dengan tenaga dan waktu serta biaya yang tinggi. Demikian juga mengenai masalah perburuhan dimana terjadinya pengkavlingan antara pihak pengusaha dengan pihak pekerja. Masing-masing merasa lebih menentukan jalannya perusahaan sehingga terjadi sengketa. Saling ancam mengancam antar keduanya juga sering terjadi yang diakhiri dengan kerugian kedua belah pihak. Peran birokrasi dapat disebut mandul. Birokrat tak mampu menyelesaikan masalah keduanya. Keduanya tidak pernah mau duduk bersama yang membahas bagaimana perlunya kerja sama di antara mereka untuk memajukan perusahaan bagi kepentingan bersama. Selama keduanya masih menganggap mempunyai kedudukan dan fungsi yang terpisah dan menentukan maka selama itu pula masalah perburuhan tidak pernah akan selesai. Hasrat untuk melakukan investasi juga menurun.
Masalah pemilu dan masalah krimalitas tinggi menduduki tempat khusus. Diperkirakan tak ada waktu bagi pemerintah untuk dapat memikirkan masalah ekonomi menjelang pemilu tahun 2009. Di antara partai politik pasti memikirkan bagaimana dapat mempertahankan atau merebut kekuasaan yang ada. Ini juga suatu waktu yang tidak tepat untuk melakukan investasi. Keadaan ini akan berlanjut sampai pada pembentukan pemerintahan yang baru bersama presiden terpilihnya. Inipun masih dipersoalkan lagi, siapa siapa yang duduk di dalam kabinet pemerintahan sebagai menteri. Pribadi dan ketangguhan menterinya tentu menentukan keberhasilan pemerintah. Tingkat kriminalitas yang tinggi yang muncul dari tidak adanya lowongan kerja cukup meresahkan para investor. Sulit kiranya dapat mengatasi masalah ini selama jumlah tenaga kerja menganggur masih tinggi. Keadaan ini dapat mengganggu jalannya perusahaan maupun pribadi pengusaha.
Berdasarkan keterangan di atas apalah artinya ekonomi makro yang stabil jika kestabilan tersebut tidak dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Penciptaan kestabilan itu bukan tidak mempergunakan biaya. Puluhan triliun dipakai untuk menstabilkan ekonomi makro namun perekonomian tidak juga semakin membaik. Untuk kestabilan moneter sedikitnya tiga puluh triliun rupiah dana yang dikeluarkan Bank Indonesia setiap tahunnya sebagai bunga dana masyarakat yang disimpan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia. Jumlah ini belum termasuk biaya biaya lainnya yang dikeluarkan pemerintah seperti subsidi dan bantuan pada masyarakat miskin. Tapi pengangguran dan kemiskinan terus juga bertambah. Tidak ada penguatan faktor fundamental ekonomi yang terjadi dari kestabilan moneter yang berjalan.

Situasi ekonomi tetap saja melemah dan arah perekonomian tetap ditentukan oleh pergolakan ekonomi luar negeri. Sifat ketergantungan ekonomi Indonesia dengan luar negeri semakin hari semakin kuat. Demikian juga halnya dengan jumlah warga miskin yang terus bertambah dan menurunnya kualitas hidup warga. Berbagai kelangkaan atas barang kebutuhan pokok seperti beras, kedele, terigu, minyak goreng, minyak tanah, bensin dan lain sebagainya membikin rakyat menderita. Daya beli rakyat yang menurun akibat dari kenaikan harga ini akhirnya memukul pula kehidupan para pedagang dan sektor produktif skala kecil karena omzet penjualan dan produksi semakin menurun. Gerak negatif perekonomian  dimulai dari keterbatasan pasokan barang yang diikuti oleh kenaikan harga harga barang dan diteruskan dengan melemahnya daya beli masyarakat dan kemunduran usaha para pedagang dan sektor produktif skala kecil, yang umumnya adalah ekonomi rakyat. Proses ini jika tidak diatasi dengan baik akan berlanjut memukul pedagang/sektor produktif menengah dan besar terkecuali jika pedagang dan sektor produktif yang pangsa pasarnya adalah pasar luar negeri.

BAB II
PENJELASAN
A.       Mikroekonomi vs Makroekonomi
Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih dahulu perbedaan antara ilmu makroekonomi dengan ilmu mikroekonomi.  Mikroekonomi merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari tentang pilihan, keputusan dan interaksi antara pilihan dan keputusan agen-agen perekonomian. Sedangkan Makroekonomi merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari perekonomian Negara dan perekonomian global secara menyeluruh. Untuk mengerti perekonomian suatu Negara kita harus mengetahui peran dan target otoritas kebijakan fiskal dan moneter setiap Negara. Disini saya mengambil contoh Negara Indonesia dimana pemerintah sebagai otoritas kebijakan fiskal bertujuan untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah.  Sedangkan peran bank sentralnya yakni Bank Indonesia sebagai otoritas kebijakan moneter adalah untuk menjaga kestabilan nilai rupiah sesuai dengan pasal 7 UU no. 3 tahun 2004. Dimana kestabilan nilai tukar rupiah ini tercermin dalam pada nilai inflasi dan nilai tukar (Rupiah). Secara umum terdapat tiga variabel yang menjadi isu utama dalam perdebatan para ekonom makroekonomi dunia, yaitu:
1.      Output Agregat
2.      Inflasi
3.      Pengangguran
1.      Output Agregat
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan jasa yang diproduksi  pada suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu.  Output agregat memcerminkan kekayaan Negara dalam jangka waktu tertentu.  Dengan menggunakan logika model circular flow, output agregat atau jumlah barang yang diproduksi memiliki nilai yang sama dengan  balas jasa yang diterima oleh pihak yang memproduksi atau pendapatan nasional.  Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam pembanding tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar memiliki tingkat akurasi ukuran kesejahteraan yang baik biasanya Pendapatan Nasional ini dibagi dengan tingkat populasi sehingga nantinya didapatkan variabel Pendapatan Perkapita. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung nilai GDP:
1.      Pendekatan Produksi
2.      Pendekatan Pendapatan
3.      Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan Produksi
Pendekatan Produksi menghitung jumlah seluruh produksi barang dan jasa final oleh suatu Negara selama satu tahun. Rumus matematis pendekatan ini:
Y = ΣP1Q1
Ternyata dalam pendekatan ini menyebabkan double counting karena dalam perhitungan ini memasukan unsur barang final dan barang intermediate. Sehingga terdapat pendekatan produksi baru untuk mengatasi masalah double counting ini yaitu dengan pendekatan nilai tambah  (value added). Rumus pendekatan matematis nilai tambah:
Y = ΣVA𝑖
Untuk menghindari tumpang tindih  pada  perhitungan  dengan pendekatan nilai tambah, Perekonomian Indonesia dibagi menjadi 9 sektor:
1.      Pertambangan dan Penggalian
2.      Pertanian
3.      Industri Manufaktur
4.      Listrik, Gas, dan Air Minum
5.      Konstruksi
6.      Perdagangan, Hotel, dan Restauran
7.      Transportasi dan Komunikasi
8.      Jasa Keuangan
9.      Jasa Lain
Pendekatan Pendapatan
Pendekatan Pendapatan menghitung  output berdasarkan jumlah seluruh pendapatan  (balas jasa) yang dterima seluruh faktor produksi dalam waktu satu tahun. Balas jasa yang diterima faktor produksi dapat berupa:
1.      Upah, untuk tenaga kerja yang merupakan balas jasa yang dominan dalam perekonomian.
2.      Bunga, merupakan balas jasa untuk modal
3.      Sewa, merupakan balas jasa untuk sumber daya alam yang digunakan
4.      Profit, balas jasa untuk keterampilan pengusahaan atau entrepreuner
Pendekatan ini memiliki kelemahan pada validitas data pendapatan yang diterima faktor produksi, terdapat keengganan responden  dalam memberitahukan jumlah pendapatan yang diterimanya, misalnya karena alasan penghindaran atau meminimumkan pungutan pajak, dll.
Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan Pengeluaran menghitung output berdasarkan jumlah pengeluaran seluruh sektor dalam perekonomian. Logika dari pendekatan ini berdasarkan analisa bahwa pengeluaran suatu pihak merupakan pendapatan bagi pihak lain. Rumus matematis pendekatan ini:
Y = C + I + G + (X-M)
Dimana:  Y       = pendapatan nasional
              C       = konsumsi rumah tangga dan swasta
              I         = pengeluaran investasi
              G       = pengeluaran yang dilakukan pemerintah
              X       = pendapatan ekspor
              M      = pengeluaran impor
Kelemahan dalam perhitungan pendapatan nasional
Terdapat beberapa output yang tidak dimasukan dalam perhitungan, misalnya  underground economy karena bersifat illegal, output industri kecil rumah tangga, dll.
Eksternalitas negative dari aktivitas ekonomi yang tidak dimasukan kedalam perhitungan. Green GDP menjadi solusi atas masalah ini, dimana dalam green GDP telah memasukan unsur eksternalitas negatif dalam perhitungan GDP.
Perhitungan nilai tambah GDP tidak memperhitungkan penambahan kualitas. Misalnya computer yang makin canggih makin murah dibandingkan produk komputer di masa lalu.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP. Pertumbuhan ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian dalam keadaan resesi.  Secara matematis rumus pertumbuhan ekonomi:
2.      Inflasi
Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga yang kontinyu dan terus menerus, memepengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah. Secara umum inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Inflasi inti (Core Inflation) adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan  persistent. Inflasi Administered (Administered Price) adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur pemerintah. Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan distribusi. Terdapat dua alasan kenapa ekonom peduli terhadap inflasi:
1.      Inflasi dapat memicu distrosi yang lain.
2.      Selama periode inflasi, tidak semua harga barang dan upah naik secara proposional, inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan.
Mengacu pada teori ekonomi Neo-Keynesian dalam Gordon (1997) pendekatan determinan inflasi Indonesia dapat dijelaskan, sebagai berikut:
Inflasi Permintaan (demand-pull inflation) adalah jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai  Philips Curve inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran domestik jangka panjang. Contohnya jika terjadi peningkatan permintaan masyarakat atas barang (peningkatan aggregate demand). Contoh lain bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, dll. 
Inflasi Penawaran (cost-push inflation) atau juga bisa disebut supply-shock inflation   merupakan inflasi penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya  produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa. Misalnya karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak). 
Ekspektasi Inflasi berasal dari faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang dapat bersikap adaptif atau forward looking.
Gambar  4-1 Grafik Demand Pull Inflation
 
Gambar  4-2 Grafik Cost Push Inflation
Dampak yang ditimbulkan demand pull inflation tidak menyebabkan berkurangnya kesejahteraan masyarakat karena kenaikan harga diiringi dengan kenaikan jumlah barang. Sedangkan pada Cost Push Inflation kenaikan harga menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat karena mengurangi jumlah output.
Ada beberapa cara mengukur tingkat inflasi, yaitu:
1.      GDP Deflator
2.      Indeks Harga Konsumen
3.      Indeks Harga Perdagangan Besar
GDP deflator adalah rasio antara GDP nominal dengan GDP real dari tahun tersebut. Rumus matematis GDP deflator:
 
3.      Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja, padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan. Secara umum terdapat tiga jenis pengangguran:
Pengangguran cyclical adalah pengangguran yang terjadi akibat perekonomian yang mengalami resesi sehingga output berada dibawah level full employment. Full employment adalah kondisi pada jangka panjang saat seluruh output yang diproduksi merupakan output yang optimal yang dapat diproduksi, yang berarti seluruh  faktor  produksi diberdayakan.
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi akibat ketidak sesuaian jenis pekerjaan dengan kapabilitas tenaga kerja. Contoh; masa revolusi  industri dimana kebutuhan tenaga kerja beralih ke tenaga kerja yang membutuhkan  skill  untuk menjalankan mesin. Akibatnya tenaga kerja yang tidak mampu menjalankan mesin menganggur.
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang pasti ada, meskipun dalam kondisi full employment. Pengangguran ini terjadi akibat proses rekrutmen tenaga kerja yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan pekerjaan. Bisa juga sebagai pekerja yang keluar dari tempat kerjanya untuk  mendapatkan pekerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya.
Rumus matematis pengangguran:
Angkatan Kerja           =          Bekerja            +              Tidak Bekerja
L                      =              N                +                        U
Tingkat Pengangguran :
Terdapat Dua alasan ekonom peduli terhadap tingkat pengangguran:
1.      Pengangguran menandakan bahwa perekonomian tidak menggunakan sumber dayanya secara efisien.
2.      Efek langsungnya pada kesejahteraan yang menganggur.
B.       Indeks Harga
IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price Index)
IHK mengukur inflasi berdasarkan sekumpulan harga pada kebutuhan hidup konsumen yang paling banyak digunakan, dan masing-masing item memiliki bobot dalam basket. Indonesia menggunakan Sembilan bahan pokok dalam menghitung IHK. Nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan sebagai indikator patokan nilai inflasi. 
Keterangan
% kenaikan    = (P1-Po)/Po
Tertimbang    = bobot x kenaikan
Inflasi             = jumlah tertimbang
IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar)
IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar) mengukur  inflasi berdasarkan  harga-harga barang pada tingkat produsen, metode  perhitungannya sama dengan  IHK hanya berbeda jumlah & jenis  barang dalam keranjang.  Barang yang termasuk kategori barang ini merupakan barang mentah dan barang setengah jadi.

C.     KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah ( Bank Sentral ) untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
1.      Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara :
a.       Menaikan suku bunga
b.      Menjual surat berharga
c.       Menaikan cadangan kas
d.      Membatasi pemberian kredit
2.      Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
a.       Menurunkan tungkat suku bunga
b.      Membeli surat-surat berharga
c.       Menurunkan cadangan Kas
d.      Memberikan kredit longgar.
Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi adalah melalui kebijakan uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan harga.
Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka, kebijakan Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.

BAB III
KESIMPULAN
Secara umum terdapat tiga variabel yang menjadi isu utama dalam perdebatan para ekonom makroekonomi dunia, yaitu:
1.      Output Agregat
2.      Inflasi
3.      Pengangguran
1.      Output Agregat
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan jasa yang diproduksi  pada suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu.  Output agregat memcerminkan kekayaan Negara dalam jangka waktu tertentu.  Dengan menggunakan logika model circular flow, output agregat atau jumlah barang yang diproduksi memiliki nilai yang sama dengan  balas jasa yang diterima oleh pihak yang memproduksi atau pendapatan nasional.  Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam pembanding tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar memiliki tingkat akurasi ukuran kesejahteraan yang baik biasanya Pendapatan Nasional ini dibagi dengan tingkat populasi sehingga nantinya didapatkan variabel Pendapatan Perkapita. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung nilai GDP:
1.         Pendekatan Produksi
2.         Pendekatan Pendapatan
3.         Pendekatan Pengeluaran
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP. Pertumbuhan ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian dalam keadaan resesi.
2.      Inflasi
Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat harga yang kontinyu dan terus menerus, memepengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah. Secara umum inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Inflasi inti (Core Inflation) adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan  persistent. Inflasi Administered (Administered Price) adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur pemerintah. Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan distribusi.
3.      Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja, padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan. Secara umum terdapat tiga jenis pengangguran:
1.         Pengangguran cyclical
2.         Pengangguran structural
3.         Pengangguran Friksional


DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. 2002. EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI MAKRO. Kanin Bisnis Consultan: Jakarta.
Suparmoko, M. 1994. PENGANTAR EKONOMI MAKRO. BPFE: Yogyakarta.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teori Ekonomi Makro Semester ke-III tahun Akademik 2010/2011.
Makalah ini berisi tentang “Masalah Perekonomian dan Cakupan Teori Ekonomi Makro”. Keadaan ekonomi yang secara makro dijelaskan secara terperinci dan menyebutkan apa saja masalah-masalah yang dihadapi secara luas dengan cakupan makro ekonomi.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis maupun bagi para pembaca pada umumnya. Demi tercapainya peningkatan kualitas Perekonomian di Indonesia.





Penyusun


i
 

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ......................................................................................    i
DAFTAR ISI ....................................................................................................    ii
BAB I     PENDAHULUAN .............................................................................    1
BAB II    PENJELASAN ..................................................................................    4
A.      
BAB III   KESIMPULAN .................................................................................    8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................    9


ii
 

2 komentar: